Kamis, 09 Februari 2012

International NGO Forum on Indonesian Development


Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dalam bidang penelitian, kajian, dan advokasi kebijakan pembangunan di Indonesia. Lembaga ini memiliki status konsultatif pada Dewan Ekonomi dan Sosial (ECOSOC) di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dengan Ref No: D1035 yang disahkan pada tahun 2004
Daftar isi
Latar belakang
INFID didirikan pada Juni 1985, dengan nama INGI (Inter-NGO Conference on IGGI Matters) berdasarkan inisiatif beberapa LSM Indonesia dan rekan-rekannya di Belanda. INFID merupakan jaringan yang terbuka dan plural dari LSM-LSM di Indonesia serta negara-negara anggota CGI the Consultative Group on Indonesia, dan juga organisasi internasional maupun individual-individual yang mempunyai minat dan komitmen terhadap Indonesia. Sejak 1985, INGI/INFID telah memberikan berbagai masukan dan rekomendasi kritis ke Kelompok Antarpemerintah bagi Indonesia (IGGI) mengenai isu-isu pembangunan di Indonesia. IGGI adalah sebuah konsorsium dari negara-negara donor Indonesia, yang pada tahun 1992 IGGI diubah menjadi CGI yang dipimpin oleh Bank Dunia.
INFID bertujuan memberikan suara terhadap perspektif dan masalah-masalah bersama dari masyarakat yang diwakili oleh LSM-LSM yang terlibat di Indonesia, berhadapan dengan Pemerintah, agen-agen pembangunan multilateral (MDAs), dan sektor swasta di Indonesia. INFID juga bertujuan menfasilitasi komunikasi antara LSM-LSM di dalam maupun di luar negeri dalam rangka mempromosikan kebijakan-kebijakan untuk mengurangi kemiskinan berstruktur dan untuk meningkatkan kapasitas demi memperbaiki kondisi kaum miskin dan dirugikan di Indonesia.
Program Kerja
  1. Demokratisasi dan HAM
  2. Politik Ekonomi
  3. MDGs

INFID (International NGO Forum on Indonesian Development)

Profil INFID (Internasional NGO Forum on Indonesia Development)
INFID merupakan singkatan dari International NGO Forum o­n Indonesian Development, didirikan pada bulan Juni 1985, dengan nama INGI (Inter-NGO Conference o­n IGGI Matters) berdasarkan atas inisiatif dari beberapa LSM Indonesia dan partner-partnernya di Belanda. INFID merupakan jaringan yang terbuka dan plural LSM-LSM di Indonesia dan negara-negara anggota CGI (The Consultative Group for Indonesia) serta organisasi internasional maupun individual-individual yang mempunya minat dan komitmen terhadap Indonesia. Sejak 1985, INGI/INFID telah memberikan masukan-masukan dan rekomendasi-rekomentasi kritis ke IGGI (Inter-Governmental Group o­n Indonesia) mengenai isu-isu pembangunan di Indonesia. IGGI adalah sebuah konsorsium dari negara-negara donor Indonesia, yang pada tahun 1992 IGGI diubah menjadi CGI yang dipimpin oleh Bank Dunia. Tujuan INFID adalah untuk memberikan suara terhadap perspektif dan masalah-masalah bersama dari masyarakat yang diwakili oleh LSM-LSM yang terlibat di Indonesia berhadapan dengan Pemerintah, agen-agen pembangunan multilateral (MDAs), sektor swasta di Indonesia. INFID bertujuan menfasilitasi komunikasi antara LSM-LSM di dalam maupun di luar negeri dalam rangka mempromosikan kebijakan-kebijakan untuk mengurangi kemiskinan berstruktur dan untuk meningkatkan kapasitas untuk memperbaiki kondisi kaum miskin dan kaum yang dirugikan di Indonesia.

Tujuan Pokok dan Usaha-usaha:

Tujuan Pokok


Berupaya memastikan bahwa rumusan dan pelaksanaan kebijakan dalam pencairan bantuan pembangunan, penanaman modal dan perdagangan, dibuat dengan pertimbangan kaum miskin dan yang tidak diuntungkan, dan didsarkan pada prinsip-prinsip perdamaian dan keadilan.

Menciptakan kondisi yang memungkinkan penguatan kehidupan demokratis melalui perluasan partisipasi rakyat, akses dan kontrol terhadap pembangunan di Indonesia.
Usaha-usaha


Memajukan dan menyelenggarakan konsultasi dan dialog di antara ornop-ornop Indonesia dan Non-Indonesia, seperti menyelenggarakan konferensi, seminar, dan lokakarya.
memfasilitasi berkembangnya dan terbangunnya jaringan ornop dan kekuatan kritis di dalam dan di luar Indonesia dalam rangka secara konsisten mengadvokasikan hak-hak masyarakat yang tidak diuntungkan dalam hubungannya dengan kebijakan pembangunan, termasuk pinjaman yang menyebabkan ketergantungan utang, penanaman modal dan perdagangan
menyelenggarakan General Assembly dan Konferensi untuk mendiskusikan dan mengambil keputusan atas kepedulian yang sama di antara ornop di dalam dan di luar Indonesia untuk disampaikan ke Pemerintah Indonesia, anggota CGI, agen pembangunan multilateral dan organisasi internasional lainnya
memfasilitasi seminar, lokakarya, pengajaran yang bertujuan untuk berbagi masalah-masalah yang menjadi kepedulian di antara ornop di dalam dan di luar Indonesia
menyebarkan informasi kepada anggota CGI dan lembaga internasional lainnya mengenai hasil dari General Assembly dan Konferensi INFID dengan cara diplomasi terbuka maupun tertutup, atau jika diinginkan, dengan cara persuasi atau langkah resmi yang diijikan lainnya
menyebarkan informasi kepada partisipan INFID dan yang lainnya yang dianggap mempunyai minat terhadap kegiatan-kegiatan INFID
mengawasi kebijakan-kebijakan pembangunan, termasuk pinjaman yang menyebabkan ketergantungan utang, penanaman modal dan perdagangan di dalam hubungannya yang relevan dengan masyarakat Indonesia, khususnya kelompok masyarakat yang kurang beruntung
I. Defenisi, sejarah dan sifat
Istilah “non-governmental organization” digunakan sejak berdirinya PBB pada tahun 1945, tepatnya pada pada Piagam PBB Pasal 71 Bab 10 tentang peranan konsultatif non-governmental organization. Awalnya istilah ini digunakan untuk membedakan antara hak partisipatif badan-badan pemerintah (intergovernmental agencies) dan organisasi-organisasi swasta international (international private organizations).
Defenisi “international NGO” (INGO) pertama kali diberikan dalam resolusi 288 (X) ECOSOC pada 27 Pebruari 1950: “setiap organisasi internasional yang tidak didirikan atas dasar sebuah perjanjian internasional “. World Bank, mendefenisikan NGO sebagai “organisasi swasta yang menjalankan kegiatan untuk meringankan penderitaan, mengentaskan kemiskinan, memelihara lingkungan hidup, menyediakan layanan sosial dasar atau melakukan kegiatan pengembangan masyarakat”. Dalam sebuah dokumen penting World Bank, Working With NGOs, disebutkan, “Dalam konteks yang lebih luas, istilah NGO dapat diartikan sebagai semua organisasi nirlaba (non-profit organization) yang tidak terkait dengan pemerintahan.
NGO pada umumnya adalah organisasi berbasis nilai (value-based organizations) yang bergantung kepada, baik sebagian atau keseluruhan, bantuan amal (charitable donations) dan pelayanan sukarela (voluntary service). Walaupun sejak lebih dari 2 dekade terakhir sektor NGO telah semakin diprofesionalisasikan, namun prinsip-prinsip altruism (mementingkan orang lain) and kesukarelaan (voluntarism) masih menjadi ciri utamanya.”
Sejak beberapa dekade yang lalu, NGO telah menjadi pemain utama dalam bidang pengembangan internasional (international development). Sejak pertengahan 1970-an, sektor NGO di negara maju dan negara berkembang telah mengalami pertumbuhan yang berlipat ganda. Dari 1970 hingga 1985 total bantuan untuk pengembangan yang diberikan oleh NGO internasional telah meningkat 10 kali lipat. Pada tahun 1992 NGO internasional menyalurkan lebih dari $7.6 miliar bantuan untuk negara-negara berkembang. Saat ini diperkirakan lebih dari 15% dari total bantuan dunia untuk pengembangan disalurkan melalui NGO.
Walaupun statistik tentang jumlah NGO di seluruh dunia belum lengkap, namun diperkirakan ada sekitar 6,000 sampai 30,000 NGO nasional di negara-negara berkembang. Amerika Serikat memiliki sekitar 2 juta NGO, yang sebagian besar didirikan 30 tahun yang lalu. Rusia memiliki 400,000 NGO. India diperkirakan memiliki 1 hingga 2 juta NGO. Iran memiliki 20.000 NGO aktif pada tahun 2003. Di Kenya, 240 NGO terbentuk setiap tahun.

II. Peranan NGO
Peranan NGO penting untuk membangun suatu masyarakat dan bangsa. Ini disebabkan karena banyak pembiayaan dari perorangan, institusi dan pemerintah untuk masyarakat disalurkan melalui NGO. Sejak tahun 1970-an, NGO telah bertambah banyak dari sebelumnya mencoba untuk mengisi ruang yang tidak akan atau tidak dapat diisi oleh pemerintah.
Dari sekian banyak peran yang dimainkan oleh NGOs, 6 hal berikut ini merupakan yang penting:
· Pengembangan dan Pembangunan Infrastruktur
Membangun perumahan, menyediakan infrastruktur seperti sumur atau toilet umum, penampungan limbah padat dan usaha berbasis masyarakat lain.
· Mendukung inovasi, ujicoba dan proyek percontohan:
NGO memiliki kelebihan dalam perancangan dan pelaksanaan proyek yang inovatif dan secara khusus menyebutkan jangka waktu mereka akan mendukung proyek tersebut. NGO dapat juga mengerjakan percontohan untuk proyek besar pemerintah karena adanya kemampuan bertindak yang lebih cepat dibandingkan dengan pemerintah dengan birokrasinya yang rumit.
· Memfasilitasi komunikasi
NGO dapat memfasilitasi komunikasi ke atas, dari masyarakat kepada pemerintah, dan ke bawah, dari pemerintah kepada masyarakat. Komunikasi ke atas mencakup pemberian informasi kepada pemerintah tentang apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh masyarakat, sedangkan komunikasi ke bawah mencakup pemberian informasi kepada masyarakat tentang apa yang direncanakan dan dikerjakan oleh pemerintah. NGO juga dapat memberikan informasi secara horizontal dan membentuk jejaring (networking) dengan organisasi lain yang melakukan pekerjaan yang sama.
· Bantuan teknis dan pelatihan
Institusi pelatihan dan NGO dapat merancang dan memberikan suatu pelatihan dan bantuan teknis untuk organisasi berbasis masyarakat dan pemerintah.
· Penelitian, Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi yang efektif terhadap sifat partisipatif suatu proyek akan memberikan manfaat yang baik bagi masyarakat dan staf proyek itu sendiri.
· Advokasi untuk dan dengan masyarakat miskin
NGO menjadi jurubicara dan perwakilan orang miskin dan mencoba untuk mempengaruhi kebijakan dan program pemerintah. Ini dapat dilakukan melalui berbagai cara mulai dari unjuk rasa, proyek percontohan, keikutsertaan dalam forum publik untuk memformulasi kebijakan dan rencana pemerintah, hingga mengumumkan hasil penelitian dan studi kasus terhadap orang miskin. Jadi, NGO memainkan peran mulai dari advokasi kepada orang miskin hingga implementasi program pemerintah; dari penghasut (pembuat opini) dan pengkritik hingga rekan kerja dan penasehat; dari sponsor proyek percontohan hingga mediator.

Beberapa bidang yang digeluti oleh NGO, antara lain:
1. Pendidikan masyarakat dan pengembangan kesehatan
Pendidikan seks dan kontrasepsi, kesehatan umum, pembuangan limbah/ sampah, penggunaan air, vaksinasi, pelayanan konsultasi remaja.
2. Penanganan kesehatan khusus
HIV/AIDS, Hepatitis B, pemulihan kecanduan obat.
3. Masalah sosial masyarakat
Kenakalan (kejahatan) remaja, remaja yang meninggalkan rumah, anak jalanan, prostitusi.
4. Lingkungan hidup
Pendidikan konsumsi energi dan air, pelestarian gunung dan hutan
5. Ekonomi
Pinjaman dan usaha mikro, pelatihan keahlian (komputer, teknisi, katering, menjahit, dll), promosi dan distribusi produk (bazaar, dll), pembentukan koperasi, konsultasi keuangan, bantuan mencari kerja dan pengembangan karir.
6. Pengembangan
Pembangunan sekolah, pembangunan infrastruktur, pembangunan dan operasional pusat budaya, bantuan ahli untuk pertanian dan kelautan.
7. Isu perempuan
Hak anak dan perempuan, pusat bantuan untuk perempuan yang mengalami kekerasan, terapi kelompok terhadap perempuan yang mengalami pelecehan seksual, hotline counseling (konseling via telepon khusus untuk perempuan), bantuan hukum untuk perempuan, mendorong minat baca dan tulis.

III. Pengelompokan NGO
World Bank membagi NGO ke dalam 2 kelompok, yaitu: Operasional dan Advokasi.
A. NGO Operasional
Tujuan utamanya adalah perancangan dan implementasi proyek pengembangan. Kelompok ini menggerakkan sumber daya dalam bentuk keuangan, material atau tenaga relawan, untuk menjalankan proyek dan program mereka. Proses ini umumnya membutuhkan organisasi yang kompleks. NGO operasional ini masih dapat dibagi atas 3 kelompok besar:
1. Organisasi berbasis masyarakat – yang melayani suatu populasi khusus dalam suatu daerah geografis yang sempit;
2. Organisasi Nasional – yang beroperasi dalam sebuah negara yang sedang berkembang, dan
3. Organisasi Internasional – yang pada dasarnya berkantor pusat di negara maju dan menjalankan operasi di lebih dari satu negara yang sedang berkembang.
Sepanjang tahun 1970-an dan 1980-an, kebanyakan contoh kolaborasi World Bank-NGO melibatkan NGO Internasional. Belakangan ini, tren tersebut telah berbalik. Dari seluruh proyek yang melibatkan kolaborasi NGO yang tercatat di tahun fiskal 94, 40% melibatkan organisasi berbasis masyarakat 70% melibatkan organisasi nasional and 10% melibatkan organisasi internasional.

B. NGO Advokasi
Tujuan utamanya adalah mempertahankaan atau memelihara suatu isu khusus dan bekerja untuk mempengaruhi kebijakan dan tindakan pemerintah untuk atau atas isu itu. Berlawanan dengan manajemen proyek operasional, organisasi ini pada dasarnya berusaha untuk meningkatkan kesadaran (awareness) dan pengetahuan dengan melakukan lobi, kegiatan pers dan kegiatan-kegiatan aktivis. NGO ini pada dasarnya bekerja melalui advokasi atau kampanye atas suatu isu dan tidak mengimplementasikan program. Kelompok ini menjalankan fungsi yang hampir sama dengan kelompok operasional, namun dengan tingkatan dan komposisi yang berbeda. Pencarian dana masih perlu namun dengan ukuran yang lebih kecil.
NGO dapat pula dikelompokkan berdasarkan orientasi dan tingkat operasi:
1. Berdasarkan Orientasi
  • Orientasi Amal (Charitable) sering melibatkan kerja pola top-down dengan sedikit partisipasi penerima manfaat. Kegiatan NGO diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan makanan pada orang miskin, pakaian dan obat-obatan, perumahan, sekolah, dll. NGO ini dapat juga melakukan aktifitas bantuan pada bencana alam atau bencana akibat perbuatan manusia.
  • Orientasi pelayanan mencakup NGO yang aktifitasnya berupa penyediaan jasa pelayanan kesehatan, perencanaan keluarga atau pelayanan pendidikan yang programnya dirancang oleh NGO dan masyarakat diharapkan berpartisipasi dalam implementasinya dan dalam penerimaan layanannya.
  • Orientasi partisipasi dicirikan dengan proyek kelola sendiri (self-help projects) dimana penduduk setempat dilibatkan dalam implementasi proyek dengan cara memberi bantuan uang tunai, peralatan, lahan, bahan-bahan, tenaga kerja, dll. Dalam proyek pengembangan masyarakat yang klasik, partisipasi dimulai dengan identifikasi kebutuhan dan dilanjutkan kepada tahap perencanaan dan implementasi.
  • Orientasi pemberdayaan tujuannya adalah membantu orang miskin untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik terhadap faktor-faktor sosial, politik, dan ekonomi yang mempengaruhi kehidupan mereka, dan untuk meningkatkan kesadaran mereka akan kekuatan potensial yang mereka miliki untuk mengendalikan kehidupan mereka. Kadang-kadang, kelompok ini berkembang secara spontan akibat adanya suatu masalah atau isu, dan NGO memainkan peranan fasilitasi dalam perkembangan mereka.
2. Berdasarkan tingkatan operasi
  • Organisasi berbasis masyarakat muncul dari inisiatif orang-orang itu sendiri. Ini dapat mencakup klub olahraga, organisasi perempuan, organisasi jiran, organisasi agama atau pendidikan. Ada banyak variasi dari jenis ini. Sebagian didukung oleh NGO, atau badan bilateral atau internasional, dan yang lainnya independen dari bantuan pihak luar. Sebagian bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat miskin kota atau membantu mereka memahami hak-hak mereka dalam memperoleh akses kepada layanan yag dibutuhkan sementara yang lain terlibat dalam penyediaan layanan itu sendiri.
  • Organisasi perkotaan (Citywide Organizations) mencakup organisasi seperti Rotary atau Lion’s Club, kamar dagang dan industri, koalisi bisnis, kelompok etnis dan pendidikan dan asosiasi organisasi masyarakat. Sebagian berdiri untuk tujuan tertentu namun menjadi terlibat dalam membantu orang miskin sebagai satu dari banyak kegiatannya, sementara yang lain dibentuk untuk tujuan khusus yaitu membantu orang miskin.
  • NGO nasional mencakup organisasi seperti Palang Merah (Red Cross), organisasi profesi, dll. Sebagian di antaranya memiliki cabang di suatu negara dan membantu NGO setempat.
  • NGO internasional mulai dari badan sekuler seperti organisasi Save the Children, OXFAM, CARE, Ford and Rockefeller Foundations hingga kelompok yang didasarkan oleh agama. Kegiatan mereka bervariasi dari pencariaan dana hingga implementasi proyek.
IV Kekuatan dan Kelemahan NGO
Karena sifat dan kualitas masing-masing NGO sangat bervariasi, maka sangat sulit untuk mengeneralisasikan sektor ini secara keseluruhan. Namun, terlepas dari berbagai variasi tersebut, beberapa kekuatan dari sektor NGO adalah sbb:
1. Jaringan grassroots yang kuat.
2. Kemampuan melakukan inovasi dan beradaptasi, fleksibel dalam mengadaptasi situasi setempat dan merespon terhadap kebutuhan setempat dan oleh karenanya mampu mengembangkan proyek-proyek yang terintegarasi dan juga proyek-proyek sektoral.
3. Kemampuan mengidentifikasi orang-orang yang paling membutuhkan dan menciptakan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan.
4. Metodologi dan tools yang bersifat partisipatif;
5. Komitmen jangka panjang dan penekanan pada kesinambungan;
6. Efektifitas biaya.
7. Kemampuan berkomunikasi kepada semua tingkatan, mulai dari tetangga terdekat hingga tingkat tertinggi pada pemerintahan.
8. Kemampuan merekrut para staf yang ahli dan bermotivasi tinggi.
Kelemahan-kelemahan yang paling umum dari sektor ini adalah:
1. Keterbatasan keuangan (tingkat keberlanjutannya rendah)
2. Keterbatasan kapasitas institusi/kelembagaan;
3. Tertutupnya/kurangnya komunikasi intern organisasi dan/atau koordinasi;
4. Intervensi dalam skala yang kecil;
5. Kurangnya pemahaman akan konteks sosial ekonomi yang lebih luas;
6. Sikap terpola (paternalistic) membatasi tingkat keterlibatan partisipatif dalam desain program/proyek.
7. Terbatasnya cara pendekatan atas suatu masalah atau area.
8. “Kepemilikan teritorial” dari suatu daerah atau proyek mengurangi kerjasama antara badan-badan, terlihat seperti ancaman atau adanya persaingan.

V. Manajemen NGO
Ada 2 jenis manajemen yang sesuai dan umum diterapkan oleh NGO: diversity management dan participatory management. Diversity management sesuai untuk menangani budaya-budaya yang berbeda dalam sebuah organisasi. Personil yang berasal dari negara kaya dihadapkan dengan pendekatan yang sama sekali berbeda dengan negaranya dalam pengambilan keputusan. Gaya participatory management merupakan ciri khas NGO. Ini adalah konsep organisasi yang belajar: semua orang di organisasi tersebut dipandang sebagai sumber pengetahuan dan keahlian. Untuk mengembangkan organisasi, setiap individu harus mampu berkontribusi dalam proses pengambilan keputusan dan mereka perlu belajar.
Secara umum ada 2 kelompok kerja dalam NGO dalam implementasi proyek, yang juga digambarkan dalam struktur organisasi banyak NGO, yaitu kelompok program dan kelompok pendukung program (program support). Kelompok program mencakup orang-orang yang terlibat langsung dalam implementasi proyek seperti staf ahli untuk berbagai proyek seperti proyek kesehatan, perumahan, air dan sanitasi, pendidikan, dll, dan kelompok pendukung program mencakup staf SDM, keuangan, administrasi, pembelian, logistik, IT dan komunikasi, kendaraan, keamanan, humas, dll.

VI. Kritik terhadap NGO
1. Bahwa hanya sedikit saja dana yang sampai kepada masyarakat yang membutuhkan, sebagian besar dana habis untuk pencarian dana, sebagian bahkan digunakan untuk membayar gaji yang sangat tinggi untuk para manajemen di tingkat atas. Di satu sisi kritik ini cukup adil, namun di sisi lain argumentasi ini bisa saja digunakan oleh orang yang ingin menjelekkan NGO karena penelitian NGO tersebut mungkin mengkritik keras kegiatan mereka. Diakui mungkin anda penyimpangan di NGO, namun setidaknya penyimpangannya jauh lebih kecil dibandingkan sektor swasta dan pemerintah dan tindakan terhadap penyimpangan dilakukan secara tegas dan cepat.
2. Ide dan metodologi yang digunakan NGO lebih banyak jeleknya daripada baiknya. Contohnya, banyak kelompok pemberi bantuan makanan, di situasi non darurat, mengirim makanan secara gratis atau subsidi dan tindakan ini telah merugikan produsen lokal dan akibatnya memberi efek negatif kepada petani dan ekonomi. Contoh lain adalah banyak organisasi yang bekerja atas suatu isu yang berhubungan dengan populasi beresiko melakukan kerugian yang lebih besar di masyarakat akibat miskonsepsi tentang kelebihan penduduk atau kesalahpahaman tentang struktur keluarga dan masyarakat di masyarakat tersebut. Di Banda Aceh, tindakan NGO di hari-hari awal bencana tsunami dipandang telah merusak budaya gotong royong masyarakat.
3. Bantuan seringkali membawa masyarakat kepada ketergantungan dan tidak menumbuhkan pengandalan diri dan kecukupan diri. Pada kenyataannya hal ini telah menjadi bagian integral penting dari globalisasi yang telah membuat beberapa negara kaya semakin kaya dan negara miskin tetap miskin dan terus bergantung. Bukannya negara miskin tidak mampu melakukan pernaikan sendiri, namun akibat penjajahan, korupsi, konflik berkepanjangan, dll, pembangunan sering membutuhkan bantuan luar. Bentuk bantuan yang lebih disukai adalah bantuan yang memungkinkan penerima menolong diri sendiri, sesuai dengan pepatah lama: “Memberi seseorang seekor ikan; anda memberi dia makan untuk hari ini. Mengajari seseorang mencari ikan; anda memberi dia nafkah seumur hidup”
4. NGO disebut bersifat tidak demokratis, karena masyarakat tidak memilih mereka namun mereka menyebut diri berjuang atas berbagai isu untuk dan atas nama masyarakat.

VII. NGO dan PBB
Dalam konteks PBB, NGO adalah organisasi yang diakui sebagai perwakilan utama masyarakat sipil di rapat-rapat PBB. NGO merupakan bagian penting dari PBB karena mereka mewakili orang-orang yang membutuhkan bantuan yang kegiatannya tidak dibayang-bayangi oleh kebijakan pemerintah. Komite NGO pada Economic and Social Council (ECOSOC) dibentuk semata-mata untuk mengakreditasi dan menelusuri NGO yang ingin bekerjasama dengan PBB. Di tahun 2005, ada 2,719 NGO yang telah lulus dari proses penilaian komite dan memperoleh status konsultatif dengan ECOSOC. Ada 3 jenis status konsultatif NGO: umum, khusus, atau terdaftar. NGO status umum cenderung merupakan NGO internasional yang besar dengan jangkauan geografis yang luas dan memiliki minat terhadap sebagian besar kegiatan ECOSOC dan badan-badannya. Banyak NGO berkategori umum telah berdiri sejak lama, berfungsi sebagai perantara antara organisasi pemberi bantuan seperti World Bank dengan kelompok-kelompok yang mengerjakan proyek-proyek pengembangan di lapangan, seperti International Chamber of Commerce, Medecins sans Frontieres (International), CARE International, dan Greenpeace. NGO status khusus berfokus kepada satu atau beberapa hal yang berhubungan dengan kegiatan ECOSOC. Mereka ini merupakan organisasi terspesialisasi seperti Amnesty International, American Bar Association, dan Oxfam America. NGO status terdaftar, pada beberapa kesempatan dapat membuat kontribusi-kontribusi yang berguna untuk kegiatan ECOSOC atau badan-badannya dan biasanya memiliki fokus yang sangat spesifik. Kelompok ini mencakup NGO kecil seperti organisasi-organisasi grassroot dan organisasi masyarakat hingga NGO yang berfokus kepada aspek-aspek yang sangat teknis pada suatu area kebijakan yang sangat khusus (yaitu Congress of Racial Equality (CORE), The Hunger Project, dan International Buddhist Foundation (IBF)). Ketiga jenis status NGO di atas memiliki jenis kegiatan yang bervariasi, seperti: anak & remaja, komunikasi, penyelesaian konflik, pelucutan senjata, penanganan bencana, penyalahgunaan obat, pendidikan, lingkungan hidup, etika dan nilai, keluarga, kesehatan & nutrisi, sumber daya manusia, HAM, hukum, sumber daya alam dan energi, perdamaian dan keamanan, agama, perdagangan, keuangan dan transportasi, kependudukan, pengungsian, ilmu pengetahuan dan teknologi, pengembangan berkesinambungan dan kedudukan perempuan.

VIII. Karir di NGO
Saat ini NGO adalah bisnis yang serius. Banyak orang tidak tahu akan banyaknya peluang kerja yang ada di dalam NGO. Sebagai contoh, di Amerika Serikat ada hampir 11 juta orang bekerja untuk 1.2 juta NGO.
Ada beberapa contoh mitos yang dipercayai oleh banyak orang sehingga kurang berminat berkarir di NGO atau organisasi, antara lain:
1. Tidak digaji atau bergaji rendah
Fakta: Walaupun pada umumnya NGO menawarkan gaji dan benefit awal lebih rendah daripada di perusahaan profit, namun sebagian NGO menawarkan gaji dan benefit yang sebanding bahkan lebih tinggi dari organisasi lain.
2. Tidak ada kemajuan karir
Fakta: NGO yang kecil mungkin tidak memiliki banyak ruang untuk kemajuan, namun organisasi yang lebih besar memiliki tingkatan karir yang jelas. Seringkali karyawan di NGO menjalankan banyak fungsi, memiliki banyak pengalaman, dan menerima tanggung jawab yang lebih besar dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan pada sektor profit sehingga mereka lebih cepat ‘matang’.
3. Kesempatan hanya berlaku bagi jurusan ilmu sosial.
Fakta: NGO memiliki peluang di bidang yang luas. Mereka memerlukan orang-orang dari berbagai jurusan dari akunting, komputer, kedokteran, kesehatan masyarakat, teknik, pertanian, psikologi, dll. Hampir semua jurusan memiliki tempat di NGO.
4. Orang yang bekerja di NGO memiliki teknologi yang ketinggalan, fasilitas yang kurang, atau berpakaian tidak rapi.
Fakta: Banyak NGO memiliki teknologi terbaru termasuk komputer, mesin fax, website yang dirancang dengan sangat baik. Seperti halnya semua bisnis, NGO sangat bervariasi dalam fasilitasnya.
5. NGO hanya untuk kaum liberal.
Fakta: Cakupan NGO sangat luas, mulai dari organisasi kesehatan, politik hingga agama.

Bagaimana mencari pekerjaan di NGO?
Dalam beberapa hal perekrutan untuk NGO berbeda dari organisasi profit. Biasanya NGO melakukan perekrutan hanya karena adanya kebutuhan, tidak ada ‘musim’ untuk perekrutan. Seringkali NGO merekrut hanya satu orang pada suatu saat dan bukannya merekrut seluruh “kelas” karyawan baru. Untuk organisasi kecil yang tidak memiliki dana yang besar untuk kegiatan perekrutan, mereka mungkin merekrut melalui mulut ke mulut atau melalui orang yang mereka kenal dari internal, orang-orang lapangan dan relawan. Untuk organisasi yang besar dan memiliki keuangan yang cukup banyak, mereka dapat mengumumkan melalui koran dan internet untuk memastikan mendapatkan kandidat yang berkualitas.

Kualifikasi yang dibutuhkan untuk pekerjaan di NGO (dan badan PBB)
  • Kesabaran
  • Pemahaman budaya
  • Kemampuan beradaptasi
  • Komitment kepada suatu isu
  • Kesiapan berhadapan dengan pukulan
  • Ketabahan dan ketetapan hati
  • Kemampuan bahasa
  • Diplomasi
  • Taktis/teknis
Keahlian khusus yang sering dibutuhkan oleh NGO (dan badan PBB)
  • Pencarian dana (fundraising) dan penulisan proposal
  • Teknikal – spesialisasi teknik (air, energi, dll)
  • Kesehatan – kesehatan masyarakat/dokter/perawat
  • Pelatihan resmi
  • Keuangan/akunting
  • Humas/komunikasi/media
  • Keahlian pengembangan ekonomi
  • Managemen (admin umum/proyek/logistik)
Perbandingan lingkungan antara badan PBB dan NGO
Pengalaman di badan PBB
Banyak badan PBB, khususnya di tingkat kantor pusat di New York dan Geneva, sangat birokratis sehingga kemajuan karir menjadi lambat. Ada banyak pekerjaan di PBB dan badan-badannya berupa kontrak jangka pendek dan tidak diiklankan. Apabila anda telah masuk ke salah satu institusi itu, yaitu dengan bekerja kontrak pendek, maka akan menjadi lebih mudah untuk membuktikan diri dan mendengar tentang peluang lain di dalam sistem.
Karyawan di badan-badan PBB dibayar dengan sangat baik. Keuntungan lain berupa status bebas pajak dan tunjangan pendidikan untuk anak dan tunjangan perjalanan yang sangat menarik. Karena benefit di PBB sudah baik, sering sekali sulit menemukan benefit yang setara di sektor swasta.
Ada banyak perpindahan staf di antara sesama badan PBB dan kondisi sering berpindah tempat kerja ini menjadi tantangan utama untuk keluarga. Beberapa pengalaman kerja di badan PBB memang baik, namun karena terlalu banyak menghabiskan waktu dengan PBB, kita bisa menjadi “out of touch” dengan dunia nyata.

Pengalaman NGO
Sebagian orang mengatakan bahwa lebih baik masuk ke sebuah NGO kecil terlebih dahulu di dalam negeri untuk mendapatkan posisi yang membuat anda melakukan sangat banyak pekerjaan yang kecil-kecil dan mempelajari banyak keahlian. Saat mencari pekerjaan di NGO, “ikutilah uang/follow the money.”  Bila terjadi bencana (mis: tsunami) atau krisis (mis Thailand, Darfur, Jogja, Padang), biasanya akan ada banyak kegiatan dan akan ada pekerjaan untuk para pekerja NGO. Anda harus berada di tempat yang tepat pada saat yang tepat. Baik PBB dan NGO suka melihat pengalaman lapangan beberapa tahun di CV para pelamarnya.

Website yang direkomendasikan untuk mencari kerja di NGO/PBB:
www.reliefweb.org – Di sini semua professional dapat memperoleh informasi terkini tentang lowongan pekerjaan di seluruh dunia.
www.fdncenter.org – Kita dapat melihat semua jenis informasi tentang pendanaan, sumbangan untuk proyek di seluruh dunia. Sangat bagus untuk “following the money.”
devjobsindo@yahoogroups.com – untuk lowongan pekerjaan NGO di Indonesia.

IX. PENUTUP
NGO menjalankan berbagai peran di masyarakat kita dan hampir tidak ada area yang tidak tersentuh oleh NGO, apakah itu sumber daya alam, keuangan, pengembangan sosisal, HAM, kebudayaan, pendidikan dan energi. NGO telah memainkan peranan yang efektif dalam merubah skenario dunia saat ini baik dengan menetapkan agenda atau dengan mendesak pemerintah untuk melakukan sesuatu yang mereka perlukan.

Jika anda memiliki perasan yang kuat terhadap beberapa isu spesifik dan ingin membuat perbedaan di area tersebut, jika anda memiliki inisiatif dan integritas, inilah bidang yang sesuai untuk anda tekuni.
Kesempatannya luar biasa saat ini dan bertambah setiap hari. Apakah anda berencana membuka sebuah NGO, menyediakan dana untuk NGO atau bekerja di sebuah NGO, keterlibatan anda akan sangat dihargai.
Setiap NGO memiliki visi dan misi masing-masing, yang mungkin mirip atau bahkan berbeda sama sekali. Kita dapat mencari atau melihat visi dan misi mereka di website atau media lain yang tersedia dan memilih yang sesuai dengan visi dan misi pribadi kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar